Kamis, 06 Januari 2011

Resensi Novel "Surat Kecil Untuk Tuhan"


Judul         : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit    : Inandra Publisher
Penulis      : Agnes Davonar
Kategori    : True Story
Cetakan    : ke-8
Tebal        : x + 232 Halaman

www.google.com

Tuhan ..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Tuhan..
Andai aku bisa memohon..
Jangan ada tangis dan duka di dunia lagi..
Tuhan..
Andai aku bisa menulis surat untuk-Mu..
Jangan pisahkan aku dari sahabat dan orang yang aku sayangi
Aku ingin menjadi dewasa..
Seperti burung yang bisa terbang ketika ia dewasa...
Aku ingin Ayah melihat aku ketika aku memiliki lagi keindahan geraian rambut..
Tuhan...
Surat kecilku ini..
Adalah permintaan terakhirku andai aku bisa kembali...

Untaian kata di atas, ditulis oleh seorang penderita kanker ganas, Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Kanker yang sangat mematikan. Dia adalah orang pertama yang mengidap kanker tersebut di Indonesia. Ketika divonis mengidap kanker mematikan ini, kanker yang dapat membunuhnya dalam waktu 5 hari, Gita Sesa Wanda Cantika atau yang akrab dipanggil Keke masih berusia 13 tahun. Usia yang cukup belia. Namun, penderitaan yang di alaminya sangat berat. Kanker jaringan lunak itu menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat seperti monster. Walau dalam keadaan sulit, Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis normal lainnya.

 

Mengetahui vonis yang dijatuhkan kepada anaknya tersebut, ayah Keke, Joddy Tri Aprianto sangat sedih. Namun, beliau tidak berputus asa. Beliau mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan putri kesayangannya itu. Mencari dokter terbaik, berobat kesana kemari. Hingga akhirnya kanker yang ada di wajah Keke itu hilang. Keke dinyatakan sembuh. Sungguh keajaiban yang luar biasa. Berita ini menjadi anugerah terindah bagi Keke dan keluarga serta orang-orang terdekatnya. 

 

Namun, setelah 3 tahun berlalu, ternyata kanker itu dinyatakan datang lagi. Keke sadar napasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernapas lebih lama dari vonis lima hari bertahan hingga 3 tahun lamanya.

Dokter telah menyerah menghadapi  kanker yang diderita Keke. Di napas terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.

Napasnya telah berakhir 25 desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi.

 

Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online, termasuk saya. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas.

 

Menurut saya, kata-kata yang dituliskan oleh penulis, Agnes Davonar, sangat bagus. Dia mampu mengekspresikan setiap detail kejadiannya itu melalui setiap kata yang ia tuliskan. Pembaca seolah-olah ikut terbawa dalam suasana. Merasakan apa yang dialami Keke.

 

Setiap kata-kata yang di ucapkan oleh Keke yang dituliskan oleh penulis, seolah membri isyarat, bahwa hidup itu hanya sementara. Jangan kalian menyia-nyiakan hidup kalian. Karena hidup kalian sangat berharga. Banyak orang sedang berjuang menghadapi kematian di luar sana. Jangan pernah berputus asa. Percayailah kebesaran Tuhan. Karena, kita tidak akan bisa menolak kuasa-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar