Rabu, 22 Desember 2010

Apa sih Rasanya Jika Kita Tinggal di Panti Sosial???


Pertemuan matkul KI di LIPONSOS, salah satu pondok sosial di daerah Keputih, ternyata memberikan kesan tersendiri untuk saya. Banyak yang dapat saya pelajari setelah bertemu dengan orang-orang disana, antara lain:
1)      1. Merasakan penderitaan orang lain
Saya disana diajak merasakan, bagaimana sih kehidupan di pondok sosial? Apa sih yang mereka rasakan selama ini? Apa keinginan-keinginan mereka? Mungkin mereka dulu adalah sosok yang normal, mempunyai keluarga, pekerjaan ataupun aktivitas rutin yang mereka sering lakukan di akhir pekan, tapi sekarang mereka tidak bisa melakukan itu lagi. Mereka harus tetap berada dalam pondok sosial selama perawatan dalam waktu yang cukup lama, bahkan bertahun-tahun. Bisa dibayangkan betapa bosannya jika kita yang mengalami. Ketika mereka bercerita tentang apa yang mereka inginkan, sebagian besar dari mereka menjawab, “Aku ingin pulang. Aku rindu keluargaku”. Memang sebagian dari mereka mengalami gangguan mental, tapi sudah banyak pula yang mulai sembuh. Jadi saya rasa, itu ungkapan yang mereka utarakan dengan sadar. Karena saya adalah anak kost, jadi saya juga bisa merasakan apa yang mereka rasakan.
2)     2. Saling menghargai, mengerti dan memahami
Menghargai orang lain, mengerti apa yang mereka rasakan dan mereka inginkan, serta memahami pola pikir mereka, sangatlah penting kita lakukan jika kita ingin mengenal orang lain lebih dekat. Hal ini kita lakukan agar mereka merasa nyaman dengan kehadiran kita ditengah-tengah mereka. Dengan saling menghargai dan memahami, akan tercipta hubungan kekerabatan yang erat. Meskipun awalnya tidak saling mengenal.
3)      3. Saling membantu
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup ini dan orang lain pun demikian. Ketika orang lain membutuhkan, hendaknya kita membantu sebisa mungkin dan seikhlas mungkin. Karena tanpa keikhlasan, kita tidak akan merasakan hidup yang tenang. Ketika kita membantu orang lain, suatu saat ketika kita membutuhkan bantuan, kita pasti akan mendapatkan bantuan pula dari orang lain meskipun tanpa diminta.
4)     4. Kebersamaan
Tanpa sadar, di LIPONSOS tercipta sebuah kebersamaan. Walaupun mereka tidak bisa berkumpul dengan keluarga mereka, tapi mereka menemukan keluarga baru. Keluarga yang siap berbagi dengan mereka dalam keadaan apapun, susah maupun senang.
5)      5. Hidup itu berharga
·         Waktu tidak pernah terulang
·         Jangan pernah mengandalkan kesempatan kedua
·         Jangan pernah menyerah
Kita semua pasti sudah mengetahui jelas bahwa waktu itu tidak akan terulang sampai kapanpun. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang kita punya ini dengan sebaik mungkin. Karena, setiap detik, menit, jam, dalam sehari, sebulan, setahun itu sangat berharga. Kita sebenarnya bisa melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi diri kita dan orang – orang di sekitar kita. Yakni, dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Jangan pernah mengandalkan kesempatan kedua. Karena, kesempatan kedua belum tentu ada. Jika kita tidak segera mengambil kesempatan itu, maka kesempatan yang lainnya mungkin saja tidak akan pernah datang lagi. Lakukan apa yang hendak kita lakukan sekarang. Jangan menunda apa yang seharusnya kita lakukan sekarang. Jika pada detik itu kita gagal, hendaknya pada detik itu pula kita instropeksi diri dan review apa yang kita lakukan. Segera mencari letak kesalahan kegagalan kita dan segera bangkit untuk memperbaiki kesalahan itu.   
6)      6. Keluarga itu harta terindah
Keluarga merupakan tempat kita bersandar. Keluarga adalah orang-orang yang selalu ada ketika kita membutuhkan mereka, dalam keadaan susah maupun senang. Keluarga itu merupakan harta terindah. Harta yang terlalu berharga untuk dinilai. Dari mereka, kita mendapatkan kasih sayang yang tulus, dari mereka kita mendapatkan pendidikan yang paling dasar tentang norma-norma yang ada dalam masyarakat, dan dari mereka pula kita mendapatkan support ketika kita terpuruk. Senyaman-nyamannya tempat, paling nyaman jika kita berada di antara keluarga. karena itu, jangan pernah berfiikir keluarga benci kepada kita dengan melarang kita melakukan sesuatu, mereka hanya ingin melindungi kita dari sesuatu yang mungkin mengancam keselamatan kita.
Moment ini diambil ketika kami mencoba membaur ke para penghuni panti

Selasa, 23 November 2010

Apa Sih yang Perlu Kita Perhatikan Waktu Menulis???

Ini adalah rangkuman materi “Menulis Populer” yang diberikan oleh Bpk. Rudi Santoso ketika mengisi kuliah tamu di kelas saya. Beliau adalah seorang penulis yang karyanya tak diragukan lagi. Beliau telah menulis banyak artikel yang telah dimuat di berbagai media cetak.
Untuk menjadi penulis yang baik , diperlukan sebuah ciri khas yang mengidentikkan dengan penulisnya. Ciri khas itu adalah gaya tulisan. Sebelum menulis, ada tahapan yang perlu kita perhatikan.


Seperti pada gambar di atas, terlihat bahwa langkah pertama adalah mendengar. Dilanjutkan dengan melihat dan membaca. Kita bisa mengumpulkan berbagai ide mengenai tulisan yang akan kita buat dengan membaca. Kemudian, baru menuliskannya. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap gaya tulisan kita nantinya.
Sebuah tulisan yang baik adalah sebuah tulisan yang informasi di dalamnya dapat diterima dengan baik oleh pembacanya. Karena itu, diperlukan sebuah tulisan yang sederhana. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, antar lain:
  1. Dalam sebuah paragraf, hendaknya hanya berisi 1-3 kalimat.

  2. Agar pembaca mengerti apa yang kita maksud, lebih baik tulislah dengan menggunakan kalimat baku. Maksimal 15 kata/kalimat.

  3. Hindari pemakaian huruf kapital semua. Karena akan memusingkan pembaca.
    Bandingakan 2 kalimat ini:
    a. Saya lebih suka belajar di rumah.
    b. SAYA LEBIH SUKA BELAJAR DI RUMAH.
    Dari kedua kalimat tersebut, pasti kalimat pertama lebih mudah kita baca. Hal ini dikarenakan kita lebih suka dengan penulisan yang lebih sederhana.
  1. Gunakanlah kalimat berpola S-P-O-K. Pola seperti ini dimaksudkan agar pembaca jelas tentang yang kita bicarakan.

  2. Stuktur tulisan sebaiknya:
    a. Problem – Solusi
    b. Sebab – Akibat 
  1. Yang pasti, gunakanlah kalimat atau kata-kata yang umum agar pembaca tidak bingung dengan tulisan kita.
Orientasi Pembaca
Siapa sih yang baca tulisan kita? Pelajar? Mahasiswa? Dosen? Pekerja kantor? Pejabat? atau Masyarakat umum? Kita harus tahu bahwa pembaca tulisan kita itu berasal dari berbagai kalangan. Untuk itu, tulisan yang kita buat harus mudah dipahami. Salah satunya seperti yang telah dijelaskan di atas tadi. Gunakan sesuatu yang sederhana. Jangan menyiksa pembaca dengan pemilihan kata yang tidak umum ataupun dengan menggunakan huruf kapital secara keseluruhan.
Untuk mengetahui pembaca nyaman atau tidak dengan tulisan yang kita buat, kita perlu melakukan eksperimen kecil. Kita mulai dengan menulis sesuatu. Setelah selesai, minta teman kita untuk membacanya. Yang terpenting, minta feedback dari mereka. Dari feedback ini, kita akan tahu kualitas tulisan kita. Jika pembaca kita kurang nyaman atau kurang paham dengan maksud yang ingin kita sampaikan, ya diperbaiki lagi. Jika sudah nyaman, ya ditingkatkan lagi. Kuncinya, untuk mahir menulis tidak lain adalah mencoba, mrncoba, dan mencoba. Karena, untuk menjadi sukses kita perlu belajar dari kegagalan sebelumnya.

Hindari Istilah Asing
Gunakanlah istilah populer dalam tulisan kita. Yang tidak asing lagi di telinga pembaca. Jangan bersembunyi di balik istilah-istilah asing untuk menutupi sebuah kekurangan.

Hindari Jargon, Singkatan dan Akronim
Penggunaan jargon, singkatan maupun akronim yang berlebihan bisa menghambat proses komunikasi yang sedang berlangsung. Pembaca akan sulit untuk menangkap dan menyerap pesan apa yang ingin kita sampaikan lewat tulisan kita. Biasanya, jargon digunakan untuk “penyembunyian” kejahatan. Ini berhubungan dengan etika. Contoh:
  1. Obligasi rekap. Kedua kata ini maksudnya adalah utang triliunan dari uang rakyat.
  2. Diamankan. Artinya, ditangkap aparat.
  3. Lapas yang lebih populer dengan kata penjara.
  4. PSK yang artinya pelacur.
Ungkapan-ungkapan di atas, digunakan untuk memperhalus maksud kita.

Perlu anda ketahui, sebenarnya menulis itu bukan maslah bakat. Semua orang punya talenta menulis. Hanya saja yang membedakan adalah kadarnya. Untuk bisa menulis, harus dilatih untuk stimulus. Yang terpenting, harus ada kemauan dari diri sendiri. Kita bisa memulai dengan sesuatu yang sederhana. Misalnya dengan menulis 1 paragraf jurnal tiap harinya.
Ketika awal kita menulis, tanpa disadari pasti gaya tulisan kita sedikit atau banyaknya, mirip dengan gaya tulisan orang lain. Hal ini perlu dirubah agar pembaca mengenal gaya tulisan kita. Caranya, dengan mengemas tulisan tersebut dengan sudut pandang kita.
Selain itu, diperlukan sebuah tulisan yang spesifik dan konkret. Jangan ambigu. Karena akan membuat pembaca bingung sehingga cenderung malas dengan tulisan yang telah kita buat. Ada kalnya, kita perlu to the point. Tidak berbelit-belit dalam menyampaikan maksud kita.
Penyederhanaan angka dalam sebuah tulisan, sangat diperlukan. Hal ini ditujukan agar pembaca tidak dipusingkan dengan angka yang kita buat. Misalnya, “Stasiun berjarak 1525 km dari rumahku”. Angka dalam kalimat tersebut dapat disederhanakan menjadi “Stasiun berjarak sekitar 1,5 km dari rumahku”.

Tips Menulis Opini
           Seperti halnya menulis populer, menulis opini pun diperlukan latihan-latihan. Kita harus peka terhadap lingkungan sekitar kita dan krtitis terhadap sebuah pemberitaan. Adapun langkah-langkah yang diperlukan ketika kita menulis opini, antara lain:
  1. Buat kerangkan tulisan.
    Berfungsi sebagai rel. Agar topik yang kita bicarakan, jelas. Tidak melebar kemana-mana.
  1. Kenali gaya selingkung (gaya tulisan) media massa yang dituju. Apakah sebuah media massa tersebut masih menggunakan idealisme jurnalistik murni atau mulai tersentuh orientasi pasar. Hal ini perlu kita perhatikan jika ingin tulisan yang kita buat, dimuat dalam media massa tersebut.

  2. Sertakan data sederhana sebagai pendukung. Misalnya, data dari sebuah survei. Ini untuk menarik minat pembaca.

  3. Masukkan kutipan-kutipan singkat dari tokoh yang menulis hal serupa di media beberapa hari sebelumnya. sehingga terkesan kita menguatkan opini tersebut. Kita mungkin bisa pro atau bahkan kontra.

  4. Gunakan judul agitatif yang positif. Maksudnya, pilihlah kata-kata yang bisa mempengaruhi pembaca tetapi kata-kata tersebut positif. Sehingga pembaca tergugah untuk membaca tulisan kita.

  5. Hindari tulisan yang menyerang pribadi, kecuali tentang ideologi.

  6. Kalau ingin opini kita dimuat, gunakan moment tertentu. Misalnya, sekarang gencar-gencarnya bencana Gunung Merapi atau bahkan Rombongan Haji.

Demikian rangkuman yang saya buat dari materi yang telah sampaikan oleh Bpk. Rudi Santoso. Semoga apa yang telah saya tulis ini, memberikan manfaat bagi pembaca. Saya mohon maaf sekiranya ada salah kata, baik disengaja maupun tidak. Saran dan kritik dari pembaca sangat bermanfaat untuk saya memperbaiki tulisan ini. Terima kasih.

Wassalam...

Waktunya Kuliah, Waktunya Bermain

Bosen dengan kuliah yang itu-itu aja?? Datang ke kampus, duduk manis, ndengerin dosen yang sedang nerangin mata kuliah. Dapat tugas, dikerjakan, dikumpulkan, dapat nilai deh...Betapa monotonnya hidup seorang mahasiswa?
Tapi sekarang, bukan jamannya kuliah harus seperti itu terus. Di jurusan Sistem Informasi (SI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, atau yang lebih dikenal dengan Sisfor ITS, ada mata kuliah yang bikin kita happy. Namanya mata kuliah Ketrampilan Interpersonal , tapi saya menyebutnya mata kuliah refreshing.
Pada mata kuliah ini, dibagi menjadi 2, kelas indoor dan kelas outdoor . Di kelas indoor, kami belajar di kelas sekitar 1,5 jam. Sedangkan di outdoor, kami melakukan permainan-permainan di plasa SI kurang lebih 2,5 jam. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Dari kelompok-kelompok tersebut akan menghasilkan sebuah Team Work.
Ada banyak permaianan yang diajarkan, misalnya Simon Berkata, Angin Bertiup, 20/80 dan masih banyak lagi permainan yang pastinya seru-seru yang tenyata bukan hanya sekedar permaianan. Banyak sekali hikmah-hikmah yang kita dapatkan dalam setiap permaianan.
Dalam mata kuliah ini, kami diminta untuk berani malu. Pasalnya, dalam setiap pelanggaran yang telah dilakukan ketika permainan berlangsung, kami akan mendapatkan sebuah “Hadiah”. Hadiahnya dengan naik ke atas panggung dan melaksanakan perintah yang diberikan oleh instruktur atau bahkan teman-teman yang tidak mendapatkan hadiah. Kadang kami harus menari atau mungkin menyanyi. Tapi melalui hukuman tersebut, membuat kami menjadi lebih percaya diri. Karena memberikan kesempatan bagi kami untuk mengeksplor kemampuan kami.

 
Foto ini diambil ketika mata kuliah KI berlangsug

Sebenarnya, dalam setiap permainan di mata kuliah ini, mensimulasikan kami dalam sebuah perusahaan. Kami diajarkan untuk berorganisasi, diajak berbisnis dan seolah-olah kami berada di dunia kerja. Dalam permainan ini, mental kami dibentuk dan dilatih sehingga siap untuk terjun langsung ke dunia kerja.
Bisa dibayangkan, kuliah yang monoton dikemas sedemikian menariknya hingga mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini tidak bosan. Kami seperti refreshing setelah seharian harus mendengarkan materi yang diberikan oleh dosen yang kadang kami tidak bisa menerima dengan baik materi tersebut.
Nah, itu sekilas gambaran tentang salah satu mata kuliah di jurusanku, Sistem Informasi ITS. Mungkin kalian ada yang punya cerita serupa? Kita bisa sharing lewat blog ini. Sekian dulu dari saya, mohon maaf jika ada salah..See u...
Wassalam,,,

Bicara Soal PFM

Assalamu’alaikum...
Pasti kalian, terutama yang udah nyandang gelar mahasiswa udah nggak asing lagi dengan 3 huruf yang satu ini, “PFM”. Yapz.. Ini adalah singkatan dari “Peran dan Fungsi Mahasiswa”. Dalam PFM ini secara tidak langsung mengatur hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang mahasiswa dan peran mereka. Baik dalam dunia pendidikan maupun lingkungan masyarakat.
Perlu kalian ketahui, menjadi seorang mahasiswa itu tidak semudah yang kalian bayangkan. Tapi menurut saya tergantung individunya juga. Seorang mahasiswa haruslah mandiri, bertanggung jawab, kreatif dan tanggap dengan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
Tidak jarang dari masyarakat umum memandang mahasiswa sebagai sesuatu yang diistimewakan. Mereka menaruh harapan besar pada mahasiswa. Karena, mereka menganggap mahasiswa dapat dijadikan sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah.
Ada beberapa hal yang termasuk dalam PFM, antara lain yang pertama adalah Iron Stock atau regenerasi, yakni generasi baru mahasiswa yang diharapkan mampu merubah negara menjadi lebih baik. Yang kedua adalah Agent of Change atau agen perubahan yang bertugas mengajukan perbaikan atas segala sesuatu yang kurang baik atau lebih jelasnya mahasiswa dianggap sebagai pencetus perubahan yang bermanfaat.Yang ketiga, mahasiswa sebagai Social Control, pengabdian masyarakat. Mengingat mahasiswa berkecimpung juga di lingkungan masyarakat awam, mahasiswa perlu berinteraksi dengan mereka. Disni, mahasiswa diminta dan diharuskan peduli dengan lingkungan sekitar. Selain itu, mahasiswa harus bisa menyesuaikan diri (adaptif), dimanapun dan kapanpun. Artinya, mereka harus bisa memposisikan diri mereka, ketika mereka berada di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kampus.
Di lingkungan masyarakat, ketika masyarakat membutuhkan bantuan yang sekiranya kita, para mahasiswa bisa, hendaklah membantunnya. Ketika mahasiswa berada dalam lingkungan kampus, banyak yang harus dilakukan. Selain harus bersosialisasi dengan warga kampus, mahasiswa juga harus berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Meraih prestasi-prestasi yang cemerlang, baik tingkat nasional atau bahkan internasional. Hal ini tentunya akan membentuk image kampus. Kampus tersebut akan dianggap positiv oleh masyarakat. Yang keempat adalah Moral Force, mahasiswa harus mempunyai moral yang baik karena mahasiswa merupakan penerus bangsa.
Mahasiswa juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Bukan malah mencari lapangan kerja. Sehingga, mahasiswa berpotensi untuk mengurangi angaka pengangguran yang merupakan salah satu pokok permaslahan negeri ini.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa marilah kita menjalankan dan mengaplikasikan Peran dan Fungsi Mahasiswa dengan semestinya. Menjalankan dengan penuh rasa semangat kemahasiswaan yang peduli, adaptif, dan tentunya prestatif. Dengan ridho-Nya dan tentunya berbagai usaha yang telah kita lakukan, insyaalloh semangat itu akan terbentuk.
Demikian pembahasan tentang PFM kali ini, mohon maaf sekiranya ada salah kata. Baik di sengaja maupun tidak. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Wassalam...

Ajak Junior Lewat Gerigi

Surabaya - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS mengadakan acara “Gerigi” atau Generasi Integralistik ITS. Tujuannya, untuk membentuk generasi baru yang inspiratif dan adaptif. Generasi yang menjunjung tinggi nilai budaya dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa dengan berpedoman pada PFM (Peran dan Fungsi Mahasiswa). Acara yang dilaksanakan pada tanggal 24-26 September 2010 lalu ini ternyata berhasil menarik perhatian hampir seluruh maba (mahasiswa baru). Hal ini terlihat dari antusiasme para peserta yang hadir.
Dengan berbaju atasan kemeja putih dan bawahan hitam serta mengenakan almamater biru, para mahasiswa baru tersebut berkumpul di Taman Alumni ITS. Tanpa membawa embel-embel jurusan maupun fakultas, mereka membaur menjadi satu. Berbaris sesuai teritori masing-masing. Mereka terbagi menjadi 8 teritori. Uniknya, tiap teritori terdiri dari 11 nama suku yang berbeda di Indonesia.
Sebagai mahasiswa baru, maklumlah jika mereka mempunyai pikiran yang bermacam-macam. “Takut karena di ospek”, itu alasan sebagian besar mahasiswa baru ini. Tapi, setelah mengikuti acara “Gerigi” ini, ternyata pemikiran tersebut jauh dari kenyataan yang ada.

 
Foto diambil ketika acara Gerigi berlangsung

Di sana, mereka mendapatkan berbagai materi. Mulai dari PFM, keorganisasian yang ada di ITS, sampai cara berdebat pun diajarkan dalam acara yang berlangsung selama 3 hari ini. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang diskusi. Tempat dimana mereka bisa saling bertukar ide.
Dalam sela-sela pergantian sesi, suasana “Gerigi” menjadi semakin marak ketika masing-masing suku dalam tiap teritori menyerukan jargon dan yel-yel nya. Mereka terlihat kompak. Tak hanya sampai di situ, kekompakan dan keakraban mereka juga terlihat ketika 2 suku diadu dalam sebuah cerdas cermat dan beberapa permainan. Dari yang sebelumnya tidak kenal, menjadi kenal dan yang sudah kenal, menjadi lebih akrab lagi.
Menjelang penutupan, tiap-tiap suku dalam teritori diminta menampilkan kebolehan mereka. Syaratnya, yang ditampilkan harus mencirikan nama suku mereka. Mulai dari suku di Pulau Sumatera sampai di Irian Jaya. Ada yang menampilkan tarian, nyanyian, bahkan drama sekali pun.
Acara semacam ini sebaiknya lebih ditingkatkan dan digalakkan lagi. Mengingat banyak sekali manfaat yang didapatkan usai mengikuti acara yang bergengsi ini. Selain mendapatkan materi yang berhubungan dengan kemahasiswaan, mereka juga diajarkan untuk menjunjung tinggi nilai budaya negeri ini. Karena itu, sangatlah rugi jika mahasiswa baru ini tidak mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan dari acara ini dalam kehidupan sehari-seharinya. Satu hal lagi yang membuat mahasiswa baru ini tampak ketagihan mengikuti acara “Gerigi ini”, tidak lain adalah menambah teman.