Selasa, 23 November 2010

Apa Sih yang Perlu Kita Perhatikan Waktu Menulis???

Ini adalah rangkuman materi “Menulis Populer” yang diberikan oleh Bpk. Rudi Santoso ketika mengisi kuliah tamu di kelas saya. Beliau adalah seorang penulis yang karyanya tak diragukan lagi. Beliau telah menulis banyak artikel yang telah dimuat di berbagai media cetak.
Untuk menjadi penulis yang baik , diperlukan sebuah ciri khas yang mengidentikkan dengan penulisnya. Ciri khas itu adalah gaya tulisan. Sebelum menulis, ada tahapan yang perlu kita perhatikan.


Seperti pada gambar di atas, terlihat bahwa langkah pertama adalah mendengar. Dilanjutkan dengan melihat dan membaca. Kita bisa mengumpulkan berbagai ide mengenai tulisan yang akan kita buat dengan membaca. Kemudian, baru menuliskannya. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap gaya tulisan kita nantinya.
Sebuah tulisan yang baik adalah sebuah tulisan yang informasi di dalamnya dapat diterima dengan baik oleh pembacanya. Karena itu, diperlukan sebuah tulisan yang sederhana. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, antar lain:
  1. Dalam sebuah paragraf, hendaknya hanya berisi 1-3 kalimat.

  2. Agar pembaca mengerti apa yang kita maksud, lebih baik tulislah dengan menggunakan kalimat baku. Maksimal 15 kata/kalimat.

  3. Hindari pemakaian huruf kapital semua. Karena akan memusingkan pembaca.
    Bandingakan 2 kalimat ini:
    a. Saya lebih suka belajar di rumah.
    b. SAYA LEBIH SUKA BELAJAR DI RUMAH.
    Dari kedua kalimat tersebut, pasti kalimat pertama lebih mudah kita baca. Hal ini dikarenakan kita lebih suka dengan penulisan yang lebih sederhana.
  1. Gunakanlah kalimat berpola S-P-O-K. Pola seperti ini dimaksudkan agar pembaca jelas tentang yang kita bicarakan.

  2. Stuktur tulisan sebaiknya:
    a. Problem – Solusi
    b. Sebab – Akibat 
  1. Yang pasti, gunakanlah kalimat atau kata-kata yang umum agar pembaca tidak bingung dengan tulisan kita.
Orientasi Pembaca
Siapa sih yang baca tulisan kita? Pelajar? Mahasiswa? Dosen? Pekerja kantor? Pejabat? atau Masyarakat umum? Kita harus tahu bahwa pembaca tulisan kita itu berasal dari berbagai kalangan. Untuk itu, tulisan yang kita buat harus mudah dipahami. Salah satunya seperti yang telah dijelaskan di atas tadi. Gunakan sesuatu yang sederhana. Jangan menyiksa pembaca dengan pemilihan kata yang tidak umum ataupun dengan menggunakan huruf kapital secara keseluruhan.
Untuk mengetahui pembaca nyaman atau tidak dengan tulisan yang kita buat, kita perlu melakukan eksperimen kecil. Kita mulai dengan menulis sesuatu. Setelah selesai, minta teman kita untuk membacanya. Yang terpenting, minta feedback dari mereka. Dari feedback ini, kita akan tahu kualitas tulisan kita. Jika pembaca kita kurang nyaman atau kurang paham dengan maksud yang ingin kita sampaikan, ya diperbaiki lagi. Jika sudah nyaman, ya ditingkatkan lagi. Kuncinya, untuk mahir menulis tidak lain adalah mencoba, mrncoba, dan mencoba. Karena, untuk menjadi sukses kita perlu belajar dari kegagalan sebelumnya.

Hindari Istilah Asing
Gunakanlah istilah populer dalam tulisan kita. Yang tidak asing lagi di telinga pembaca. Jangan bersembunyi di balik istilah-istilah asing untuk menutupi sebuah kekurangan.

Hindari Jargon, Singkatan dan Akronim
Penggunaan jargon, singkatan maupun akronim yang berlebihan bisa menghambat proses komunikasi yang sedang berlangsung. Pembaca akan sulit untuk menangkap dan menyerap pesan apa yang ingin kita sampaikan lewat tulisan kita. Biasanya, jargon digunakan untuk “penyembunyian” kejahatan. Ini berhubungan dengan etika. Contoh:
  1. Obligasi rekap. Kedua kata ini maksudnya adalah utang triliunan dari uang rakyat.
  2. Diamankan. Artinya, ditangkap aparat.
  3. Lapas yang lebih populer dengan kata penjara.
  4. PSK yang artinya pelacur.
Ungkapan-ungkapan di atas, digunakan untuk memperhalus maksud kita.

Perlu anda ketahui, sebenarnya menulis itu bukan maslah bakat. Semua orang punya talenta menulis. Hanya saja yang membedakan adalah kadarnya. Untuk bisa menulis, harus dilatih untuk stimulus. Yang terpenting, harus ada kemauan dari diri sendiri. Kita bisa memulai dengan sesuatu yang sederhana. Misalnya dengan menulis 1 paragraf jurnal tiap harinya.
Ketika awal kita menulis, tanpa disadari pasti gaya tulisan kita sedikit atau banyaknya, mirip dengan gaya tulisan orang lain. Hal ini perlu dirubah agar pembaca mengenal gaya tulisan kita. Caranya, dengan mengemas tulisan tersebut dengan sudut pandang kita.
Selain itu, diperlukan sebuah tulisan yang spesifik dan konkret. Jangan ambigu. Karena akan membuat pembaca bingung sehingga cenderung malas dengan tulisan yang telah kita buat. Ada kalnya, kita perlu to the point. Tidak berbelit-belit dalam menyampaikan maksud kita.
Penyederhanaan angka dalam sebuah tulisan, sangat diperlukan. Hal ini ditujukan agar pembaca tidak dipusingkan dengan angka yang kita buat. Misalnya, “Stasiun berjarak 1525 km dari rumahku”. Angka dalam kalimat tersebut dapat disederhanakan menjadi “Stasiun berjarak sekitar 1,5 km dari rumahku”.

Tips Menulis Opini
           Seperti halnya menulis populer, menulis opini pun diperlukan latihan-latihan. Kita harus peka terhadap lingkungan sekitar kita dan krtitis terhadap sebuah pemberitaan. Adapun langkah-langkah yang diperlukan ketika kita menulis opini, antara lain:
  1. Buat kerangkan tulisan.
    Berfungsi sebagai rel. Agar topik yang kita bicarakan, jelas. Tidak melebar kemana-mana.
  1. Kenali gaya selingkung (gaya tulisan) media massa yang dituju. Apakah sebuah media massa tersebut masih menggunakan idealisme jurnalistik murni atau mulai tersentuh orientasi pasar. Hal ini perlu kita perhatikan jika ingin tulisan yang kita buat, dimuat dalam media massa tersebut.

  2. Sertakan data sederhana sebagai pendukung. Misalnya, data dari sebuah survei. Ini untuk menarik minat pembaca.

  3. Masukkan kutipan-kutipan singkat dari tokoh yang menulis hal serupa di media beberapa hari sebelumnya. sehingga terkesan kita menguatkan opini tersebut. Kita mungkin bisa pro atau bahkan kontra.

  4. Gunakan judul agitatif yang positif. Maksudnya, pilihlah kata-kata yang bisa mempengaruhi pembaca tetapi kata-kata tersebut positif. Sehingga pembaca tergugah untuk membaca tulisan kita.

  5. Hindari tulisan yang menyerang pribadi, kecuali tentang ideologi.

  6. Kalau ingin opini kita dimuat, gunakan moment tertentu. Misalnya, sekarang gencar-gencarnya bencana Gunung Merapi atau bahkan Rombongan Haji.

Demikian rangkuman yang saya buat dari materi yang telah sampaikan oleh Bpk. Rudi Santoso. Semoga apa yang telah saya tulis ini, memberikan manfaat bagi pembaca. Saya mohon maaf sekiranya ada salah kata, baik disengaja maupun tidak. Saran dan kritik dari pembaca sangat bermanfaat untuk saya memperbaiki tulisan ini. Terima kasih.

Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar